Warning on Global Warming

Pemanasan global yang terjadi akibat menumpuknya gas karbon dioksida (CO2) di udara. Gas ini dihasilkan dari proses pembakaran oleh industri, transportasi, maupun rumah tangga. Emisi CO2 oleh industri merupakan salah satu yang perlu dicemati karena jumlah dan konsentrasinya yang besar. Negara-negara industri maju merupakan penyumbang CO2 terbesar, setiap orang rata-rata menggunakan energi sebesar 210 GJ/tahun, ini berarti tiap orang menyumbang CO2 sebesar 15.5 ton dibandingkan dengan Negara berkembang yang hanya 2.6 ton CO2/orang. Oleh karena itulah, diperlukan adanya protocol Kyoto yang menghasilkan kesepakatan untuk memerangi pemanasan global melalui penggunaan energi ramah lingkungan, peningkatan effisiensi energi, reboisasi, penjagaan hutan, dll.


Dampak dari pemanasan global ini sangatlah luar biasa. Penelitian yang dilakukan NASA menunjukkan bahwa pada 2005, terjadi pengurangan salju dikutup sebesar 14% atau seluas Negara Turki. Es musiman yang hilang di musim panas juga semakin sedikit yang bisa membeku kembali di musim dingin berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bumi untuk menyembuhkan diri sudah mulai berkurang. Jika ini terjadi terus-menerus, maka the big day is very close.


Namun, ada juga yang melihat keuntungan dari mencairnya salju di kutup ini. Transportasi barang lewat laut dari eropa ke asia timur bisa dilakukan lewat jalur samudera artik. Selain itu, diperkirakan cadangan minyak di kutup utara mencapai 25% dari total cadangan minyak yang ada di bumi. Tentu saja sebelum semua ini terjadi, beberapa pulau kecil dan besar di Indonesia terancam tenggelam (Jakarta termasuk kota yang terancam tenggelam).


Fungsi kutub sangat penting bagi bumi karena 90% panas matahari diserap oleh salju di kutup. Jika salju ini mencair maka tidak ada lagi penyerap panas yang cukup besar untuk menahan bumi tetap dingin, dengan kata lain suhu bumi akan naik drastis. Berdasarkan model yang disusun oleh para peneliti, salju abadi yang menyelimuti kutub bumi akan mencair dalam 40 tahun jika tidak ada upaya pengurangan emisi gas rumah kaca.


Banjir besar, perubahan iklim yang tidak lagi stabil yang dapat mengakibatkan angin puyuh, naikknya suhu rata-rata bumi, merebaknya kanker kulit, dan life expectation yang makin menurun, dll bukan hal yang perlu di “tanya kenapa”…


Berita baiknya, global warming ini bukanlah sesuatu yang tidak bisa dicegah/dikurangi. Lets prepare my Friend, it’s the only world we fighting for..

Save our Forest

Data dari Walhi menyebutan laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].


Akibat dari kerusakan hutan ini adalah meningkatnya kada CO2 di atmosfer disertai dengan turunnya kadar oksigen (O2). Untuk setiap hektar hutan yang ditebang, sebanyak 0.3-2.1 ton C per hektar tidak dapat di serap oleh hutan. Jika angka ini dikalikan dengan jumlah hutan yang ditebang, maka total C yang tidak dapat diserap adalah 30-213 juta ton per tahun. Sejumlah besar C ini akan berfungsi sebagai “kaca” dalam efek rumah kaca yang akan menaikkan suhu bumi.


Akibat lain dari penebangan hutan ini adalah berkurangnya oksigen untuk kehidupan. Oksigen merupakan salah satu gas penting untuk kehidupan, tanpanya maka tidak akan ada kehidupan. Itulah sebabnya mengapa hanya di bumi yang ada kehidupan, planet lain seperti mars tidak mempunyai kehidupan karena atmosfirnya tidak mengandung oksigen.


Manusia memerlukan kurang dari 0.5 kg oksigen per hari atau sekitar 140 kg per tahun. Sedangkan untuk tiap hektar hutan dihasilkan oksigen sebesar 6250 kg per tahun dari proses fotosintesis (1 hektar hutan cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen 44 orang). Jika total hutan Indonesia yang telah dirusak adalah 101.7 juta Ha pada tahun 2000, maka sejumlah 4.4 milyar manusia terancam kekurangan oksigen, belum lagi jika dihitung dari lahan yang rusak. Hanya dengan menjaga hutan Indonesia tetap hijau, maka kenutuhan oksigen seluruh penduduk dunia tercukupi.


Selain untuk menjaga atmosfer, hutan juga berfungsi sebagai penyimpan air, pembersih polusi udara, polusi air, tanah, dan bahkan suara. The only way to save our live, Save Our Forest..

Gede Pangrango

Gunung Gede - Pangarango terletak di kabupaten Cianjur-Sukabumi, Jawa Barat. Gunung ini termasuk dalam area Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). Puncak gunung Gede berada di ketinggian 2958 m diatas permukaan laut, sedangkan gunung Pangrango terletak di 3050 m dpl (merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Barat.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari ekosistem sub-montana, montana, sub-alpin, danau, rawa, dan savana.

Ekosistem sub-montana dicirikan oleh banyaknya pohon-pohon yang besar dan tinggi seperti jamuju (Dacrycarpus imbricatus), dan puspa (Schima walliichii). Sedangkan ekosistem sub-alphin dicirikan oleh adanya dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangerangensis, bunga eidelweis (Anaphalis javanica), violet (Viola pilosa), dan cantigi (Vaccinium varingiaefolium).

Satwa primata yang terancam punah dan terdapat di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango yaitu owa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata comata), dan lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus); dan satwa langka lainnya seperti macan tutul (Panthera pardus melas), landak Jawa (Hystrix brachyura brachyura), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), dan musang tenggorokan kuning (Martes flavigula).

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango terkenal kaya akan berbagai jenis burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa. Beberapa jenis diantaranya burung langka yaitu elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan burung hantu (Otus angelinae).

Untuk mencapai puncak ada beberapa tempat yang akan dilewati selama perjalanan, diantaranya :
  1. Base camp (Cibodas) dapat dicapai dengan naik kendaraan umum / pribadi dari Cipanas. Dilokasi ini terdapat tempat berkemah yang cukup luas dan aman karena dikeloka dengan baik. Jalur pendakian dibuka setiap bulan Juni-September, yang pada saat itu kondisi cuaca sedang baik (musim kemarau)
  2. Telaga Biru terletak di ketinggian 1575 m dpl, dapat ditempuh selama 2 jam dari base camp. Danau kecil seluas 5 Ha ini selalu tampak biru jika terkena sinar matahari karena ditumbuhi oleh ganggang biru.
  3. Air terjun Cibereum dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 2-3 jam. Posisi air terjun ini sedikit menyimpang dari rute pendakian. Jika tujuan pendakian adalah puncak, maka air terjun ini dapat ditinggalkan untuk sementara.
  4. Air Panas merupakan lereng gunung dengan air terjun yang hangat. Lokasi ini berada di jalur pendakian, sehingga selalu dilewati oleh pendaki yang menuju puncak dari base camp Cibodas. Untuk mencapai lokasi ini, memerlukan waktu sekitar 3 jam dari Cibodas.
  5. Kandang Badak merupakan persimpangan jalan menuju 2 puncak, Gede atau Pangrango. Tempat ini cukup luas untuk mendirikan tenda, air juga tersedia di tempat ini sehingga cukup strategis untuk berkemah sementara. Lokasi di ketinggian 2220 m dpl ini dapat di tempuh selama 4-5 jam dari Cibodas. Pendakian berikutnya setelah kandang badak ini cukup terjal sehingga perlu diperhitungkan untuk me-recharge tenaga di kandang badak.
  6. Puncak Gede dapat berada di ketinggian 2958 m dpl, dapat ditempuh selama 3 jam dari kandang badak. Panorama kaldera yang indah dengan semburan gas sulfur dapat dinikmati di area pucak Gede. Perlu diperhatikan bahwa di puncak ini temperatur udara akan cukup dingin menjelang turunnya matahari hingga pagi hari. Untuk berkemah sebaiknya dilakukan di dataran dibalik puncak Gede yang sering disebut Alun-alun Suryakencana.
  7. Alun-alun Suryakencana terlihat sebagai dataran yang sangat luas yang diapit oleh dua puncak, yaitu puncak Gede dan perbukitan disepanjang 50 Ha alun-alun Suryakencana. Dataran ini cocok untuk berkemah karena terdiri dari dataran dengan rumput-rumput pendek dan nyaris tanpa tumbuhan tinggi. Selain itu, sumber air dan juga bunga edelweis dapat ditemukan di daerah ini.
  8. Puncak Pangrango berada di ketinggian 3050 m dpl, dapat ditempuh sekitar 3 jam dari kandang badak. Dari kejauhan puncak ini terlihat runcing, berbeda dengan puncak Gede yang berupa kaldera yang luas.