Antara Salah dan Benar

“Sebenarnya, benar dan salah tak pernah ada! Yang ada adalah kepentingan! Dimana ada kepentingan, disitu lahir benar dan salah. Dan, benar dan salah sifatnya subjectif sekali. Padahal kalau manusia mau berfikir lebih arif sedikit, kehadiran manusia di jagad semesta ini bukan atas kehendak sendiri, tetapi ada yang berkehendak. Maka yang berkehendak itulah yang punya kepentingan. Jadi, kalau kehendak Gusti diambil alih oleh kawulanya sehingga kawula yang punya kehendak, maka malapetaka besar akan selalu dialami kawulanya. Karena, manusia diperbudak oleh akalnya, yang membuat manusia jadi ketakutan siang dan malam”


“Lalu apa gunanya akal buat kita”


“Agar kita bisa berfikir bahwa akal itu sering memperdaya kita. Benar dan salah jangan dijabarkan dengan akal tetapi dengan ketulusan hati”


“Mengapa para pandhita yang dan pemuka agama yang ‘makan-tidurnya’ adalah kitab suci, doa, dan sembahyang, justru perangai, tindakan, dan ucapannya penuh kebencian dan dendam, tidak mencerminkan ketulusan hati mereka?”


“Karena keyakinan yang mereka percaya itu dilandasi dengan hawa nafsu”. “Dalam hidup ini, banyak yang ingin diketahui orang. Tapi setelah tahu, apakah keinginan tahu orang akan terselesaikan?”


“Bagaimana orang bisa tahu kalau tidak didorong oleh rasa ingin tahu?”


“Mengetahui bukan dari rasa ingin tahu, tapi dari mengamati proses kejadian sendiri tanpa dicemari kepentingan apapun!"


“Tanpa kepentingan, bagaimana orang bisa menemukan kebenaran?”


“Dalam kebenaran tidak terdapat kepentingan. Bila dalam kebenaran dimasukan kepentingan, maka kebenaran itu akan lenyap dengan sendirinya”


“lalu, apa jalannya mencapai kebenaran?”


“Tak ada jalan menuju kebenaran, itu datang sendiri padamu. Kebenaran dapat datang hanya ketika pikiran dan hatimu sedernaha, jernih, dan ada kasih sayang dalam hatimu, bukan bila hatimu dipenuhi dengan hal-hal dari pikiranmu. Bila ada kasih sayang di dalam hatimu, kau tak akan bicara tentang kepercayaan, kau tak akan bicara tentang pembagian kekuasaan atau kekuasaan yang menciptakan pembagian, kau tak perlu mencari perukunan. Maka kau adalah orang yang sederhana tanpa embel-embel.”


“Apakah yang dimaksud, tanpa embel-embel?”


“Kau harus menganggalkan semua rancangan dan angan-angan yang ada dalam pikiranmu dan membiarkan kebenaran datang terwujud. Ini hanya datang saat pikiran tanpa beban, ketika pikiran berhenti mencipta. Kebenaran itu datang tanpa perlu kau undang, berhembus seperti angin dan tanpa diketahui”

- Legenda Ken Arok