Apa Benar ini Bencana Alam..

Desember tiga tahun lalu, gempa besar yang berujung pada gelombang tsunami telah memporak-porandakan Aceh dan daerah-daerah sekitarnya. Belum selesai Aceh di-recovery dari bencana mematikan itu, gempa besar menguncang Jogja dan sekitarnya, kemudian laut selatan Jawa bagian barat, dan yang baru-baru ini adalah di sekitar Sumatera Barat dan Bangkulu. Rangkaian gempa ini apakah memang murni bancana alam yang terjadi akibat pergeseran dua lempeng bumi? Ataukan ada sebab lain yang mendorong pergeseran ini menjadi lebih agresif?


Lapisan permukaan bumi terdiri dari lempeng-lempeng yang masing-masing saling bergerak dengan sangat pelan (sekitar 5 cm/tahun). Dari hasil pergerakan inilah muncul gunung yang menjulang tinggi atau dataran rendah yang luas. Jika kemudian pergerakan ini terjadi dengan ‘agresif’ apakah itu suatu hal yang normal dan harus diterima apa adanya tanpa koreksi ataukah merupakan suatu pertanda bahwa bumi makin rapuh dan menuntut ‘perawatan’ intensif setalah berabad-abad dirusak?


Belum ada data ilmiah yang mengatakan, tetapi aku berpendapat gerakan agresif lempeng bumi ini berkaitan dengan kegiatan di atas permukaan bumi. Naiknya temperatur rata-rata bumi mendorong mencairnya salju di kutub, perubahan aliran air laut, perubahan cuaca bumi, dll. Akibat perubahan-perubahan yang relatif cepat ini berakibat pada ketidakseimbangan kondisi didalam bumi yang akhirnya terlihat dari gerakan-gerakan lempeng bumi yang makin agresif. Apakah bumi akan hancur lama-kelamaan akibat pergerakan agresif ini? Bisa jadi..


Bumi terdiri dari inti yang bertemperatur tinggi, dibungkus oleh lapisan tipis yang berupa lempeng-lempeng yang bergerak dan mudah patah. Kondisi yang tidak seimbang akan berdampak buruk pada kondisi lapisan kulit bumi. Kita hidup diatas lapisan yang sangat tipis yang sewaktu-waktu bisa rusak. Kita ibarat hidup di atas bom waktu yang sangat besar, tinggal usaha kita untuk menjaga lapisan pecah belah bumi dapat bertahan lama atau membiarkannya rusak lebih cepat..

Energy [R]evolution

Salah satu artikel di website greenpeace mengatakan bahwa pada tahun 2005 keuntungan exxon mobil mencapai rekor terbesar, pada tahun itu juga peneliti lingkungan mengatakan bahwa bumi berada pada temperatur terpanas. Memang tidak ada kaitan langsung antara keuntungan exxon mobil dengan temperatur bumi, tetapi setidaknya diketahui bahwa naikknya temperatur bumi disebabkan oleh makin menumpuknya gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca, sebagian besar terdiri dari karbon dioksida (CO2) yang merupakan hasil pembakaran, akan memerangkap energi panas yang dilepaskan matahari didalam atmosfer bumi. Akibatnya adalah makin panasnya bumi.


Bahan bakar yang sebagian besar berupa hidrokarbon dari minyak bumi (bahan bakar fosil) dibakar untuk menghasilkan listrik, panas, gerak, dll. Semakin banyak bahan bakar fosil digunakan maka semakin banyak pula gas rumah kaca yang dihasilkan artinya semakin tinggi juga temperatur bumi.


Bahan bakar fosil terdiri dari unsur karbon dan hidrogen yang ada didalam bumi. Penggunaan bahan bakar ini akan memindahkan karbon yang ada di perut bumi ke luar (atmosfer). Karbon yang sudah keluar tidak mengalami siklus (masuk kedalam bumi lagi) karena pembentukan minyak bumi berlangsung selama jutaan tahun. Karena tidak adanya siklus ini maka lama-kelamaan jumlah karbon, dalam bentuk karbon dioksida, di atmosfer akan terakumulasi sehingga kadar karbon dioksida di atmosfer meningkat.


Pencegahan akumulasi karbon dioksida di atmosfer dapat dilakukan dengan mengganti bahan bakar fosil menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan atau bahan bakar renewable. Mengapa harus bahan bakar renewable? Bahan bakar renewable mempunyai siklus karbon yang singkat, sehingga tidak akan menyebabkan akumulasi karbon dioksida di atmoster. Selain itu, sumber energi ramah lingkungan seperti energi matahari, angin, pasang surut laut, tenaga air, panas bumi juga merupakan alternatif yang mempunyai potensi sangat besar.


Saat ini, ketergantungan akan bahan bakar fosil sangatlah besar. Bahkan hanya untuk mendapatkan energi ini, ribuan bahkan mungkin jutaan nyawa dikorbankan. Perang banyak yang dimulai dari perebutan ladang-ladang minyak. Ribuan ton bom dijatuhkan hanya untuk menguasai ladang minyak. Sedemikian besar ketergantungan akan minyak sehingga untuk menggantinya dengan bahan bakar lain bukanlah merupakan hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Beberapa bahan bakar alternatif telah bisa digunakan sebagai komplementer ataupun substitusi untuk minyak bumi. Bioethanol digunakan untuk campuran gasolin, biodiesel digunakan untuk campuran solar, bio-oil untuk kerosin, biogas untuk gas alam, dll.


Makin tingginya kesadaran akan lingkungan mendorong manusia untuk berbuat lebih baik untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan yang parah. Bahan bakar ramah lingkungan mulai digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil. Walaupun masih jauh dari ‘menggantikan’ namun setidaknya ada usaha untuk mengurangi kerusakan yang sudah sedemikian parah akibat pemanasan global. Bumi makin tidak terlindungi dari sinar matahari, air laut mulai naik akibat mencairnya salju ‘abadi’ di kutub bumi, kanker kulit mulcul sebagai akibat masuknya sinar ultraviolet matahari sampai di permukaan bumi, cuaca berubah, bumi makin panas. Ini adalah pilihan, apakah menunggu sampai kondisi ‘tak tertolong’ ataukah revolusi energi sekarang..

Melubangi Jakarta

Jakarta, daerah dengan kepadatan tinggi, selalu sering mengalami masalah yang berhubungan dengan daya dukung alam seperti banjir dan kekeringan. Hampir pada setiap tahunnya, Jakarta selalu kebanjiran pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Jumlah penduduk yang besar dan perilaku masyarakat yang tidak ‘bersahabat’ dengan alam seperti membuang sampah sembarangan, membuat bangunan-bangunan pada tanah resapan air, ‘menghalangi’ daerah resapan air dengan menutupi tanah dengan lantai semen/beton, dll.


Bukan hanya pemerintah yang harus bertanggung jawab dengan berbagai kerusakan lingkungan. Masyarakatlah yang seharusnya turut menjaga kelestarian lingkungan, setidaknya menjaga lingkungan sekitarnya.


Banjir di Jakarta pada dasarnya disebabkan karena daya serap tanah terhadap air yang berkurang, baik di Jakarta maupun daerah ‘pemasok’ air lainnya. Banyaknya bangunan di tempat resapan air dan berkurangnya jumlah pepohonan menjadi penyebab hilangnya daya serap air. Daerah di pegunungan yang tadinya berupa hutan, sekarang telah berubah menjadi daerah perumahan, villa, ataupun pertanian dan perkebunan. Selain itu, tanah di dataran rendah (Jakarta) hamper sebagian besar tertutupi oleh perumahan, dan bahkan tanah kosong di sekitar rumah pun, yang seharusnya bisa menjadi daerah resapan air walaupun sedikit, telah tertutupi dengan lantai semen. Budaya membuang sampah juga turut andil dalam mendatangkan banjir. Sampah, walaupun hanya sebesar bungkus permen, namun jika hamper sebagian besar masyarakat membuangnya tidak pada tempatnya, maka akibatnya akan cukup besar. Selain itu, penyebab rendahnya daya resap tanah adalah kondisi mikroorganisme dalam tanah. Mikroorganisme ini berperan dalam menggemburkan tanah sehingga air mudah meresap ke dalam tanah.


Kurangnya resapan air ini juga berakibat pada berkurangnya air pada musim kemarau. Air hujan sebagian besar mengalir ke laut, sedangkan air tanah telah disedot dalam jumlah yang besar, lebih besar dari julah air hujan yang meresap ke tanah. Keringnya air tanah pada musim kemarau menyababkan terjadinya intrusi air laut kelapisan air tanah, hal ini ditandai dengan air tanah yang berasa asin. Masuknya garam-garam laut ke tanah tentu saja akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem air tawar dan ekosistem dalam tanah dan juga tumbuh-tumbuhan yang berada diatas tanah. Hal ini memperparah keadaan karena akan menurunkan daya resap tanah.


Mengembalikan daya resap tanah dapat dilakukan dengan membuat biopore yang dibuat dengan membuat lubang di tanah dengan diameter 10 cm sedalam 1 m, lubang ini kemudian diisi dengan sampah organic yang tujuannya untuk memicu tumbuhnya mikroorganisme dalam tanah. Munculnya mikroorganisme dalam tanah akan menyebabkan strurtur tanah menjadi lebih gembur sehingga daya serap tanah terhadap air menjadi lebih besar.


Jika satu lubang biopore mampu menyerap air dengan kecapatan 1 liter per menit (60 liter per jam), dan jika tiap warga jakarta yang jumlahnya mencapai 8 juta masing-masing membuat 10 lubang biopore total lubang menjadi 80 juta, maka jumlah air yang bisa diserap tanah sebesar 4.8 juta m3/jam, jumlah yang cukup besar untuk meminimalkan banjir. Pertanyaannya sekarang adalah, siapkah kita melubangi Jakarta..

Learing from Japanese

Jepang bisa begitu sukses karena selain ditunjang oleh karakter manusianya juga karena strategi-strategi yang tepat. Berikut kunci-kunci sukses yang diterapkan Jepang:

  • Jepang mendorong masyarakatnya untuk menabung, bukan untuk berbelanja. Seorang kepala keluarga Jepang harus menabung untuk dapat memasukkan anaknya ke sekolah karena tidak ada (sedikit) beasiswa. Sifat menabung ini yang kemudian meminbulkan budaya yang produktif.
  • Pendidikan tinggi yang merata. Jepang tidak mengenal kasta, semua lapisan masyarakat berhak mendapatkan pendidikan. Lebih dari 93% rakyat Jepang lulus SMU. Jepang juga menghasilkan engineer lebih banyak daripada US (Jepang menempatkan engineering sebagai tempat paling penting di jajaran keilmuan).
  • Memperbanyak penelitian di product development dibandingkan dengan basic research.
  • Pertukaran informasi dapat dilakukan dengan baik tanpa harus terhalang oleh undang-undang hak milik intelektual.
  • Hubungan antara pemerintah dan swasta didasarkan pada hubungan yang saling menguntungkan. Swasta mendapatkan dukungan dari pemerintah, pemerintah juga mendapat income dari swasta. Menyadari hubungan yang sangat vital ini, pemerintah dan swasta sama-sama berusaha untuk menjaganya. Dalam hal-hal sulit, swasta selalu merasa aman karena ada pemerintah dibelakangnya. Pada riset untuk teknologi baru yang membutuhkan dana besar, swasta dan pemerintah bisa melakukan join riset dengan dana dari pemerintah.
  • Rencana jangka panjang yang disusun secara konsisten walaupun berganti pemerintahan
  • Strategi yang tepat pada waktu yang tepat
  • Untuk meningkatkan produktifitas pekerja, pekerja boleh dipecat kapanpun jika dinilai tidak produktif. Dengan sistem ini, tidak ada pekerja yang permanen, yang dapat terus menjadi pegawai suatu perusahaan. Setiap saat perusahaan berhak memecat karyawannya yang dinilai tidak layak untuk dipertahankan. Sistem ini dengan sendirinya memacu pekerjanya untuk lebih produktif.