Google

Begitu membuka halaman internet, kata "google" selalu menjadi pilihan pertama untuk masuk ke gerbang-gerbang berikutnya. Google adalah mesin pencari terbaik yang diciptakan oleh dua orang mahasiswa dari universitas Standford.

Sekarang ini, Google mempunyai nilai kapitasisasi pasar melebihi 100 miliar dolar, dengan uang cash lebih dari 8 miliar dolar. Ini menjadikan google lebih kaya daripada sebuah negara kecil. Tapi taukah bahwa pada mulanya, google tidak diciptakan untuk menghasilkan uang. Bahkan pada awalnya, para pendiri google sendiri tidak punya ide darimana mendapatkan uang. Mereka hanya memikirkan bagaimana mempermudah orang lain untuk mendapatkan mesin pencari yang berkualitas karena pada masa itu, mesin pencari yang ada masih belum memadai.

Dengan semangat yang mengebu-gebu, disertai dengan kerja keras yang tak kenal lelah, google akhirnya menjadi mesin pencari terbaik. Dan dengan sendirinya, uang datang. Begitu seharusnya kita bekerja, dengan visi bukan hanya mengharap gaji.

Bahkan dengan kayu bakar saja, energy dunia tercukupi..

Penemuan sumber energy murah mendongkrak revolusi dunia, memasuki era mass production. Energy kemudian menjadi kebutuhan paling mendasar setiap negara. Tidak ada negara yang benar-benar kuat tanpa menguasai energy.


Selama lebih dari 50 tahun, sumber energy utama terfokus pada minyak bumi. Selama itu pula, cadangan minyak yang ada di perut bumi makin menurun seiring dengan meningkatnya jumlah gas rumah kaca (CO2) di atmosfer yang telah mengubah cuaca dunia. Suhu udara rata-rata bumi terus naik, berbagai fenomena alam seperti, banjir, angin puyuh, dll muncul sebagai akibat dari pemanasan global.


Makin banyaknya kebutuhan manusia akan energy meningkatkan jumlah pemakaian energy. Sekarang ini, total pemakaian energy untuk negara berkembang mencapai 140 EJ/tahun, atau 36 GJ/Orang/tahun (35% disuplai dari biomass), masih jauh dibawah negara maju yang mencapai 250 EJ/tahun, atau 210 GJ/Orang/tahun (3% disuplai dari biomass). Total pemakaian energy sebesar 390 EJ/tahun atau setara dengan 9.75 triliun liter minyak / tahun. Jumlah yang sedemikian besar ini, sebagian besar dipenuhi oleh sumber energy yang tidak terbaharukan, yang suatu saat bisa habis.


Munculnya kekhawatiran habisnya sumber minyak bumi dan semakin tingginya kesadaran akan lingkungan, mendorong munculnya sumber-sumber energy ramah lingkungan yang lama ditinggalkan. Pembakaran bahan bakar fosil untuk berbagai keperluan seperti transportasi, pembangkit listrik, rumah tangga, dan industri telah menambah jumlah CO2 di udara. Untuk setiap kWh listrik yang dibangkitkan, dihasilkan 830 g CO2 jika bahan bakar yang digunakan batu bara, atau 600 g CO2 jika bahan bakarnya minyak bumi, atau 400 g untuk bahan bakar gas bumi. Bahan bakar renewable (hayati) menghasilkan 0 g CO2, karena CO2 yang dihasilkan, awalnya dari CO2 diudara.


Salah satu sumber energy renewable pengganti energy fossil adalah biomass. Biomass adalah sumber energy dari bahan baku hayati, dapat berasal dari sampah organik, kotoran hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Dari 1 Ha tanaman, rata-rata mampu dihasilkan energy sebesar 180 GJ/tahun (atau 0.5% dari jumlah energy matahari yang diterima). Dan untuk tiap hetktarnya dihasilkan 15 ton biomass/tahun, dan per ton biomass menghasilkan 20 GJ, maka diperlukan 1300 Juta Ha lahan untuk memenuhi kebutuhan energy dunia. Jumlah yang cukup banyak, tetapi melihat dari jumlah potensi lahan dunia, jumlah tersebut bisa dipenuhi.


Data Walhi menyebutkan, kerusakan lahan di Indonesia hingga tahun 2000 mencapai 100 juta Ha. Jika lahan ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biomass maka akan dihasilkan energy sebesar 18 EJ/tahun. Kebutuhan energy Indonesia (dengan asumsi pemakaian energy per orang 36 GJ/tahun) sebesar 9 EJ/tahun. Setengah dari jumlah energy yang mampu dipasok oleh biomass dari pemanfaatan lahan "rusak".


Kita tidak butuh minyak bumi, gas alam, ataupun nuklir, jika kita mau berfikir, bahkan dengan kayu bakar saja, energy dunia tercukupi..