Energi Alternatif : Arang

Banyak yang menganggap remeh potensi-potensi energi alternative seperti arang misalnya. Mendengar kata ’arang’, orang akan langsung teringat pada masa lalu sebelum populernya minyak bumi. Pemakaian kembali sumber-sumber energi yang terlupakan di cap sebagai kemunduran bagi beberapa orang, padahal pada kenyataannya kejayaan minyak bumi sudah usai. Tingginya tingkat pencemaran udara dan juga mulai habisnya sumber-sumber minyak di tempat ’mudah’ memicu munculnya energi-energi alternatif.


Arang dapat dibuat dari berbagai bahan (yang selama ini tidak terpakai) yang mengandung unsur karbon seperti serbuk gergajian kayu, sekam padi, batang padi kering, rumput kering, ranting, pohon, kertas, dll. Pada dasarnya hampir semua bahan organik mengandung karbon. Bahan-bahan tersebut dibakar dalam oksigen terbatas untuk menghasilkan karbon, energi, dan CO2. Berikut langkah-langkah pembuatan briket arang yang dapat diaplikasikan di skala rumah tangga :


  1. Penyiapan bahan baku seperti yang tersebut diatas
  2. Media yang digunakan berupa drum yang di lubangi kecil-kecil (dengan paku atau bor besi) di bagian bawahnya dengan jarak 1 x 1 cm, dan pada bagian tengah drum dipasang beberpa pipa (ukuran sekitar 2 in) yang dilubangi kecil-kecil di semua sisinya sebagai tempat keluar asap.
  3. Pengarangan dilakukan dengan memasukkan bahan baku ke dalam drum. Sebagian bahan baku dapat digunakan sebagai bahan bakar. Api dinyalakan lewat bagian bawah drum yang berlubang. Proses ini dilakukan hingga semua bahan menjadi arang, untuk 100 kg bahan diperlukan sekitar 8 jam.
  4.  Arang yang sudah jadi kemudian dihaluskan dan disaring.
  5. Serbuk arang dicampur dengan perekat kemudian di cetak dengan pengepresan. Bahan perekat yang digunakan berupa lem yang dibuat dari tepung kanji.
  6. Hasil cetakan (briket) kemudian dikeringkan dengan cara dijemur
  7. Briket yang sudah jadi kemudian dicelupkan kedalam bahan penyala agar lebih mudah terbakar. Bahan penyala yang digunakan dapat berupa spiritus, oli bekas, minyak jarak, dll. 

Composting

Salah satu permasalahan di daerah perkotaan adalah menumpuknya sampah-sampah rumah tangga. Selama ini sampah hanya dibuang ke tempat penampungan akhir dan hanya ditumpuk saja tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Lama-kelamaan tempat penampungan sampah akan penuh dan diperlukan tempat lain lagi untuk menampung sampah, padahal lahan kosong juga menjadi kendala diperkotaan besar.


Salah satu cara yang paling efektif untuk mengelola sampah adalah mengurangi dari sumbernya (source reduction). Untuk sampah perkotaan, sumber utamanya adalah dari rumah tangga. Selama ini tidak ada pembatasan jumlah sampah maksimum yang boleh dibuang oleh tiap-tiap rumah tangga sehingga kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah atau membeli barang kebutuhan yang tidak menyisakan sampah sangat kecil. Salah satu metode sederhana pengelolaan sampah (organik) adalah dengan cara composting. Berikut tata cara pengomposan dengan metode aerasi yang dapat diaplikasikan di rumah (diambil dari ‘Pengelolaan Sampah Rumah Tangga’, Pustaka Rumah)

  1. Pemilahan antara sampah organik dengan non-organik
  2. Sampah dicacah dengan ukuran sekitar 1 cm. Sampah yang digunakan sebaiknya campuran antara sampah daun (sumber N) dan ranting / kayu / serbuk gergaji (sumber C)
  3. Penyiapan media (tempat pengkomposan) yang berupa drum plastik yang dilubangi (diameter 0,5 cm) di seluruh dindingnya untuk memudahkan sirkulasi udara.
  4. Masukkan styrofoam yang dipotong-potong kedalam media hingga kira-kira ketinggian 5 cm, kemudian masukkan karton / karpet berlubang menutupi lapisan styrofoam. Hal ini diperlukan untuk memudahkan aliran udara dan juga menjaga kelembaban.
  5. Masukkan kompos yang sudah jadi (sebagai inisiator) dan sampah organik, kemudian aduk hingga merata.
  6. Sampah yang dihasilkan tiap hari dapat dimasukkan hingga media penuh
  7. Setelah penuh, diamkan selama 4-6 minggu sampai kompos terbentuk. Setiap seminggu sekali sebaiknya sampah diaduk untuk menjaga homogenitasnya.
  8. Kompos yang sudah jadi berbau seperti tanah, berwarna coklat kehitaman, dan bentuknya sudah hancur
  9. Jika kompos masih basah dan lengket, maka perlu di angin-anginkan di tempat yang teduh