Satu tim pasukan khusus dari gabungan angkatan darat diterjunkan dalam hutan untuk menyelesaikan satu misi perintisan yang sangat penting untuk membuka jalan bagi pasukan infanteri yang akan menyerang target. Tidak pernah ada keterangan yang jelas tentang musuh apa yang akan dihadapi. Pada saat briefing hanya dijelaskan bahwa tugasnya adalah membuka jalan bagi pasukan infanteri, apapun caranya. Markas besar berjanji akan memberikan dukungan penuh jika memang diperlukan.
Dengan peralatan tempur seadanya karena memang pasukan ini bukanlah pasukan utama untuk menghancurkan musuh, dengan kondisi yang belum diketahui sebelumnya, dan musuh yang bisa ada dimana saja, satu tim pasukan ini diharapkan dapat menyelesaikan misi.
Dalam perjalananya, banyak sekali hambatan yang dihadapi, medan tempur yang masih belum dikenali, musuh dengan senjata lengkap dan intelejen yang canggih, keterbatasan peralatan, dll. Beberapa kali terjadi kontak senjata yang menewaskan beberapa anggota tim, hal ini tentu saja berimbas pada mental anggota yang lain. Menghadapi musuh yang lebih kuat dengan senjata yang seadanya, amunisi yang makin menipis, dan persediaan obat dan makanan yang terbatas.
Melihat kondisi yang makin tidak seimbang, diputuskan untuk meminta dukungan dari markas pusat. Mengingat ini adalah misi yang sangat penting, maka diputuskan untuk mengirimkan bantuan dari segala lini. Amunisi di drop dari pesawat-pesawat pengangkut logistik, bom-bom napalm digunakan dari udara untuk menghalau musuh, dan juga tambahan pasukan reinforcement segera dikirimkan dari markas pusat. Tidak peduli berapa besar materi yang diperlukan, misi ini harus sukses, begitu bunyi perintah langsung dari pimpinan militer tertinggi.
Datangnya bantuan memberikan harapan baru bagi tim pasukan khusus, musuh berkali-kali dapat dipukul mundur dan misi hampir terselesaikan, hanya ada beberapa pos dan satu markas bagian yang perlu dilumpuhkan. Namun, pengiriman bantuan yang begitu banyak membuat kondisi markas tidak stabil. Stock amunisi di gudang mulai menipis, banyaknya pasukan di medan pertempuran juga melemahkan pertahanan markas. Pimpinan tertinggi segera mengeluarkan perintah untuk menghentikan bantuan, termasuk bantuan logistik untuk makanan dan obat-obatan.
Kondisi yang tadinya sudah diatas angin, sekarang menjadi berbalik. Musuh mulai bangkit dan pasukan khusus yang sudah tanpa dukungan mulai kedodoran. Banyak pos yang berhasil direbut kembali oleh musuh. Misi untuk menguasai sisa pos menjadi terhambat. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya supply makanan dan obat-obatan. Banyak anggota tim yang terserang malaria dan terpaksa harus dievakuasi.
Pertahanan makin melemah sementara musuh belum juga habis. Tanpa makanan, obat-obatan, dan sekarang ditambah lagi tanpa amunisi, tim pasukan khusus dihadapkan pada masalah yang cukup rumit, misi belum selesai tapi harus selesai, tetapi dilakukan tanpa dukungan markas besar. Kondisi menjadi sangat kritis, bahkan hanya untuk sekedar bertahan. Berkali-kali pimpinan pasukan khusus mengirimkan sinyal untuk minta bantuan, namun tidak pernah datang. Dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk misi “kecil” ini, markas besar sedang mempertimbangkan apakah akan melanjutkan misi atau menarik mundur semua pasukan.