Bahaya Merokok

Safety talks on 21 August 2010


 

Mengapa Rokok berbahaya bagi kesehatan:

  1. Rokok mengandung lebih dari 200 jenis racun, diantaranya adalah tar / asphalt yang merupakan gabungan dari berbagai hydrocarbon yang dapat menempel di paru-paru dan bersifat karsinogen (penyebab kanker), Nikotin yang memberikan efek tenang dan dapat menyebabkan kecanduan, carbonmonoxide yang dapat mengganggu suplai oksigen kedalam tubuh kita, hydrogen cyanide: bahan kimia paling beracun, pada perang dunia II hydrogen cyanide ini digunakan untuk pembunuhan masal oleh tentara Jerman.
  2. Asap sampingan rokok mengandung lebih banyak lagi bahan kimia berbahaya, itulah sebab selain membunuh diri sediri perokok juga membunuh orang disekitarnya.
  3. Perokok mempunyai peluang 14x lebih tinggi terkena kanker paru-paru, 2x kanker prostat, dan 2x penyakit jantung dibandingkan bukan perokok
  4. Yang paling penting untuk laki-laki adalah merokok dapat menyebabkan impotensi

Bagaimana cara berhenti merokok:

  1. Yakinkan diri bahwa berhenti merokok akan membuat kualitas hidup lebih baik dan akan lebih cepat mati jika terus merokok.
  2. Buang jauh-jauh semua barang yang berhubungan dengan rokok seperti lighter, asbak, dll
  3. Kurangi sedikit demi sedikit frekuensi merokok, puasa boleh jadi cara untuk mengurangi rokok
  4. Perbanyak olahraga dan banyak minum air untuk melupakan rokok dan mengeluarkan racun dari kebiasaan merokok


 

Breathe healthily, live happily

Energy [R]evolution II

Minyak bumi masih menjadi sumber energi utama yang menggerakkan dunia. Bersamaan dengan itu, tingkat polusi semakin meningkat dan global warming semakin menjadi kenyataan. Kompas.com melaporkan bahwa 20 hingga 30 tahun lagi gletser di papua akan musnah karena naiknya suhu bumi.

Cerita lain lagi datang dari teluk meksiko dimana terjadi kecelakaan hebat di platform milik BP yang mengakibatkan tumpahan minyak telah menyebar luas dan menyebabkan polusi hebat dan menambahkan catatatn hitam untuk minyak bumi.

Belum lagi tentang cerita minyak bumi yang disamarkan menjadi “senjata pemusnah missal” oleh amerika untuk dijadikan alasan menginvasi Irak. Atau cerita pengeboran oleh lapindo yang sampai saat ini belum ada solusinya. Minyak bumi telah menimbulkan bencana yang sangat besar, baik bencana yang telah terjadi maupun yang masih potensial yang akan jauh lebih besar pengaruhnya terhadap ekosistem.

Pembakaran minyak (dan gas) selalu berujung pada pembentukan CO2. Pada prinsipnya semua pembakaran menghasilkan CO2, bahkan pembakaran energy renewable seperti biodiesel dan Bioethanol pun menghasilkan CO2, bedanya CO2 yang dihasilkan oleh pembakaran biofuel berasal dari atmosfer juga yang kemudian di konversi oleh tumbuhan menjadi minyak dan karbohidrat dan kemudian diubah lagi menjadi biofuel yang kembali lagi menjadi CO2. Pembentukan CO2 dari biofuel membentuk siklus dengan konversi CO2 menjadi minyak atau karbohidrat sehingga jumlah CO2 yang ada di atmosfer akan relatif konstan, atau kalaupun naik tidak sebanyak yang terjadi sekarang. Sementara itu pembakaran minyak bumi tidak bisa membentuk siklus karena proses pembentukan minyak sendiri memerlukan waktu yang relatif sangat lama, sampai berjuta-juta tahun.

Apakah bumi sudah kehabisan sumber energi sehingga kita sedemikian tergantungnya pada minyak bumi? Apakah tidak ada sumber energi lain yang lebih baik dan aman? Sebenarnya sumber energi tidak pernah jauh dari kehidupan sehari-hari, sinar matahari yang kita rasakan setiap hari ada salah satu sumber energi yang sangat besar, angin yang bertiup setiap saat juga berarti energi. Tidak perlu bicara tentang jarak pagar atau CPO, bahkan sampah yang tiap hari kita hasilkan pun juga berarti energi. Belum lagi tentang ombak di laut, sungai-sungai yang mengalir, lingkaran gunung api, dll.

Tuhan telah menciptakan sedemikian banyak sumberdaya untuk energi. Memang benar, minyak bumi pun juga ciptaan Tuhan, tetapi manusia diberikan akal untuk memilih mana yang baik dan buruk. Tidak perlu bersusah payah mengebor dalam perut bumi, energi matahari dapat kita jumpai di setiap tempat (terutama untuk daerah tropis seperti Indonesia), tanpa perlu khawatir akan banjir lumpur, bocor, meluber, dan mencemari ligkungan. Tapi ironisnya, energi matahari yang sedemikian besar justru tidak dilirik untuk menciptakan ketahanan energi dalam skenario blue print ketahanan energi nasional. Dan justru batubara, yang jauh lebih berbahaya dan lebih buruk efeknya terhadap bumi, yang dijadikan harapan untuk menggantikan minyak bumi yang makin habis.

Biarkan minyak bumi (dan juga batubara) tetap didalam perut bumi dan mulailah Energy [R]evolution. Aku bukan orang yang anti dengan minyak, tetapi jika aku diberikan pilihan, aku akan memilih yang lebih baik.

Apa Kabar Industri Gula..

Sekitar seabad yang lalu, Indonesia pernah menjadi exporter gula terbesar kedua dunia. Hal itu sudah menunjukkan bahwa perindustrian di Indonesia sudah cukup maju pada jaman dulu. Bahkan, ternyata jurusan teknik kimia dimana aku lulus juga tidak lepas dari pengaruh industri gula.

Indonesia memang sudah selayaknya menjadi produsen gula yang besar. Anugrah Tuhan berupa letak geografis yang berada di sekitar katulistiwa adalah tempat yang paling ideal untuk perkebunan tebu karena tebu merupakan tanaman yang paling efektif dalah mengubah energi matahari menjadi karbohidrat (gula). Seharusnya menjadi hal yang aneh/abnormal bila kemudian Indonesia menjadi importer gula.

Industri gula merupakan industri yang sudah matang, dari semua sisi. Industri ini sudah ada sejak jaman Belanda. Kondisi ini justru yang selama ini tidak diperhatikan, oleh pemerintah, dunia pendidikan, maupun orang-orang dari industri gula. Kondisi pabrik gula yang pada umumnya sudah tua dibiarkan terus berjalan dengan tidak efektif.

Gula sebagai salah satu bahan pangan seharusnya terdiri dari bangunan dan peralatan pabrik yang tergolong “food grade”, dimana kondisi pabrik harus bersih, peralatan-peralatannya layak di sebut “food grade”, orang-orang yang bekerjapun juga dalam kondisi bersih. Kondisi yang terjadi dilapangan sungguh sangat berbeda. Lantai, dinding, atap, dan secera keseluruhan kondisi pabrik gula sangat tidak terawat, lantai nya becek, hampir semua peralatnya berkarat, dan banyak sekali sampah-sampah pabrik.

Minimnya perawatan pabrik gula ini sebenarnya tidak lepas dari kebijakan pemerintah. Gula sebagai bahan pangan tidak boleh mahal harganya, karena itu industri gula tidak mempunyai keutungan yang cukup untuk merawat peralatannya dengan baik, perkebunan tebu tidak mempunyai cukup uang untuk memupuk dan menjaga kualitas tebu dengan baik. Dan akhirnya dengan kondisi yang sudah terlanjur seperti ini pemerintah baru mengeluarkan program “revitalisasi pabrik gula”, setelah kondisinya menjadi sedemikian buruk. Ibarat orang yang sakit, sekarang pabrik gula ini sudah sekarat baru mau di obati.

“Pengobatan” industri gula ini harusnya dilakukan tidak hanya terhadap pabrik dan perkebunan tebu saja, tetapi juga pada dunia pendidikannya, pada nilai keekonomian industri gulanya, dll. Sekarang ini sepertinya sudah tidak banyak lagi ahli-ahli gula, terlihat dari sulitnya mencari buku-buku yang membahas tentang teknologi gula. Di jurusan teknik kimia pun yang dulu dilahirkan dari industri gula, sekarang sudah tidak lagi ada mata kuliah mengenai teknologi gula, para insinyurnya pun tidak banyak yang terjun di industri maupun teknologi gula. Mungkin memang karena nilai ekonomi industri gula ini tidaklah besar.

Walaupun terlambat, semoga masih ada waktu untuk industri ini dalam memperbaiki diri. Masih lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali..