Nuclear is not an Option

Dunia sekarang ini sedang menghadapi krisis energi. Energi fosil yang selama ini mensuplai sebagian besar energi dunia sudah semakin menipis dan terbukti tidak ramah lingkungan dengan menjadi penyebab utama global warming. Berbagai energi altefnatif yang lebih ramah lingkungan dikembangankan untuk mengurangi dampak efek rumah kaca dari emisi karbon dioksida yang berlebihan. 

Salah satu opsi yang diusahakan adalah nuklir. Tenaga nuklir mampu manghasilkan listrik dalam jumlah besar dengan bahan bakar yang sedikit dan tidak menghasilkan emisi karbon dioksida secara langsung sehingga beberapa orang menganggap muklir adalah sumber energi yang relatif aman. Namun di balik semua itu, nuklir menyimpan banyak kekhawatiran yang masih belum bisa diselesaikan, diantaranya:

  1. Limbah nuklir yang sangat berbahaya karena masih mengandung radioaktif yang sangat tinggi untuk waktu yang sangat lama (bisa sampai 100.0000 tahun), sampai saat ini limbah nuklir hanya disimpan saja. Bisa dibayangkan jika limbah-limbah nuklir tersebut sampai bocor ke lingkungan sekitar.
  2. Secara statistik mungkin pembangkit listrik tenaga nuklir adalah yang paling aman karena jarang sekali bermasalah, terbakar, meledak, dan sebagainya, namun sekali bermasalah maka efeknya akan luar biasa. Di Chernobyl, satu ledakan menyebabkan sekitar 4000 orang meninggal, belun lagi dengan efek radiasi terhadap kesehatan. Dan kemudian kejadian meledaknya reaktor nuklir Jepang yang masih menyisakan masalah limbah yang bekum selesai. meskipun secara statistik aman, namun bukti menunjukkan bahwa efek dari bencana nuklir sangat dahsyat.
  3. Meskipun sulit untuk dijadikan untuk senjata, namun pengembangan nuklir untuk energi sekalipun adalah jalan menuju senjata pemusnah masal. Masalah pengembangan senjata nuklir dari energi ini hanyalah alasan kecil mengapa nuklir tidak dipelukan sebenarnya, karena tanpa alasan inipun nuklir memang selayaknya tidak digunakan.
  4. Bagaimanapun sumber energi nuklir terbatas jumlahnya. Cadangan uranium di bumi makin lama akan makin habis (walaupun masih cukup lama). Pembukaan lahan pertambangan baru tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang lama.

Satu alasan yang pertaman saja sudah cukup untuk mengatakan tidak pada nuklir. Masih banyak energi yang jauh lebih aman dan lebih berlimpah daripada nuklir, matahari, angin, pasang surut, geothermal, dan bioenergi (biofuel, biomass, dll) tinggal disesuaikan dengan kondisi daerah mana yang paling optimal. Nuklir bukan salah satu pilihan untuk menyelesaikan masalah energi.

Listrik dari Matahari

Energi matahari yang diterima bumi dalam 1 jam setara dengan energi yang dikonsumsi manusia selama 1 tahun. Bahkan dengan tingkat effisiensi konversi energi matahari menjadi energi listrik pun, masih cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Terlebih lagi energi matahari dapat diperoleh dengan gratis sepanjang masa.

Beberapa daerah yang kaya dengan sumber matahari adalah gurun, dimana hampir tidak ada manusia, hewan, ataupun tanaman yang dapat tumbuh dengan baik. Daerah gurun seperti di kawasan timur tengah sebenarnya "menyimpan" lebih banyak potensial cadangan energi yang tidak akan habis. Jauh melebihi jumlah minyak dan gas yang sekarang ini sibuk diperebutkan dan menjadi sumber penyebab perang.

Energi matahari dapat diubah menjadi listrik lewat dua cara : 

  1. Fotovoltaik. Energi matahari dapat diubah menjadi listrik secara langsung dengan menggunakan fotovoltaik sel, yaitu bahan semikonduktor yang sensitif terhadap sinar matahari. Energi foton dari sinar matahari akan menggerakan elektron dari atom-atom semikonduktor tersebut, gerakan elektron inilah yang disebut listrik. Listrik yang dihasilkan dari fotovoltaik sel adalah listrik searah (DC). Untuk dapat digunakan oleh rumah tangga yang pada umumnya menggunakan listrik (AC), terlebih dahulu harus melewati inverter. Agar listrik tetap dapat digunakan ketika malam hari atau ketika cuaca mendung maka listrik yang dihasilkan dari fotovoltaik disimpan terlebih dahulu dalam batere. Beberapa kendala dari pengembangan listrik dari fotovoltaik ini adalah masalah bahan semikonduktor dan media penyimapan listrik (batere) yang mahal. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi semikonduktor dan batere, biaya pembangkitan listrik dari matahari menjadi semakin murah. Pembangkitan listrik dengan cara ini dapat dilakukan dengan sekala kecil seperti dirumah tangga atau bahkan skala mikro misalnya untuk charger HP    
  2. Concentrated solar thermal. Sesuai dengan namanya, konversi energi matahari menjadi listrik dilakukan dengan menkonsentrasikan energi panas matahari untuk memanaskan air manjadi uap dan kemudian digunakan untuk menggerakan turbin. Prinsipnya mirip dengan kompor matahari, dimana energi matahari di fokuskan pada satu titik degan menggunakan cermin cekung. Pada fokus titik itulah air atau minyak pemanas akan dipanaskan. Kelebihan teknologi ini adalah tidak diperlukannya bahan semikonduktor yang mahal. Penyimpanan energi dapat dilakukan dalam minyak pemanas. Minyak dipanaskan menggunakan energi matahari yang telah difokuskan kemudian disimpan dalam tangki tertentu. Minyak panas ini yang kemudian akan digunakan untuk memanaskan air menjadi uap. Minyak harus tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga pada waktu malam hari atau pada kondisi mendung, pembangkit listrik masih bisa beroperasi. Kelemahan teknologi ini dibandingkan dengan fotovoltaik adalah tidak bisa dibuat dalam skala kecil atau rumah tangga.

Dengan seiring berkembangnya teknologi, konversi listrik dari energi matahari akan semakin murah dengan bertambahnya effisiensi penangkapan energi matahari. Selain itu, bahan bakar fosil juga akan semakin berkurang dan mahal. Maka kelangsungan hidup manusia akan ditentukan salah satunya oleh energi matahari.

Our Choice

Global warming sudah tidak dapat dihindari lagi. Emisi gas-gas rumah kaca yang tinggi menjadi penyebab utama dari pemanasan global. Gas rumah kaca dapat memerangkap energi di dalam atmosfer bumi sehingga menyebabkan kenaikan suhu bumi. Pada awalnya energy matahari yang sampai ke bumi kemudian sebagian di serap dan sebagian dipantulkan ke atmosfer. Tanpa ada gas rumah kaca, energy yang dipantulkan bumi akan di lepas ke luar angkasa, namun dengan adanya gas rumah kaca, maka energy tersebut akan dipantulkan kembali ke bumi, akibatnya suhu bumi akan naik.
Beberapa gas rumah kaca utama adalah :
  1. Karbondioksida. Gas ini menyumbang gas rumah kaca terbesar, sekitar 43% dari efek rumah kaca disebabkan oleh karbondioksida. Gas ini dihasilkan dari proses pembakaran seperti pembangkit energi (PLTU, PLTG, PLTD, dll), kendaraan bermotor, industri, pembakaran hutan, dll. Setiap harinya sekitar 90 juta ton karbon dioksida di emisikan ke atmosfer.
  2. Metana. Meskipun jumlah emisi metana jauh lebih kecil daripada karbon dioksida tetapi efek rumah kaca yang dihasilkan sekitar 20 kali lebih besar daripada per gram karbondioksida. Gas metana menyumbang sekitar 27% dari efek rumah kaca.
  3. Partikulat karbon. Karbon ini bukan dalam bentuk gas, tetapi berupa partikel halus dalam atmosfer. Partikulat karbon dihasilkan dari pembakaran biomass di area terbuka seperti pembakaran hutan dan dalam rumah tangga, pembakaran batubara yang tidak sempurna, dll. Partikulat karbon dapat menyebabkan atmosfer menjadi gelap sehingga panas matahari lebih mudah masuk ke bumi dan jika mengendap di salju akan menyebabkan salju berwarna lebih gelap sehingga lebih mudah mencair. Partikulat karbon menyumbang sekitar 12% dari efek rumah kaca.
  4. Zat-zat lain seperti CFCs, CO, N2O, dll juga turut menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.
Emisi zat-zat penyebab efek rumah kaca sebenarnya dapat dikurangi dengan salah satunya adalah menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan mengganti sumber-sumber energi yang banyak mengeluarkan karbon dioksida dengan sumber energi yang lebih ramah lingkungan seperti energi matahari, angin, dan panas bumi. Penggunaan sumber energi yang kotor seperti batubara dan minyak bumi secara terus menerus akan memperburuk efek rumah kaca. Tinggal kita pilih yahg mana?