Energy [R]evolution

Salah satu artikel di website greenpeace mengatakan bahwa pada tahun 2005 keuntungan exxon mobil mencapai rekor terbesar, pada tahun itu juga peneliti lingkungan mengatakan bahwa bumi berada pada temperatur terpanas. Memang tidak ada kaitan langsung antara keuntungan exxon mobil dengan temperatur bumi, tetapi setidaknya diketahui bahwa naikknya temperatur bumi disebabkan oleh makin menumpuknya gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca, sebagian besar terdiri dari karbon dioksida (CO2) yang merupakan hasil pembakaran, akan memerangkap energi panas yang dilepaskan matahari didalam atmosfer bumi. Akibatnya adalah makin panasnya bumi.


Bahan bakar yang sebagian besar berupa hidrokarbon dari minyak bumi (bahan bakar fosil) dibakar untuk menghasilkan listrik, panas, gerak, dll. Semakin banyak bahan bakar fosil digunakan maka semakin banyak pula gas rumah kaca yang dihasilkan artinya semakin tinggi juga temperatur bumi.


Bahan bakar fosil terdiri dari unsur karbon dan hidrogen yang ada didalam bumi. Penggunaan bahan bakar ini akan memindahkan karbon yang ada di perut bumi ke luar (atmosfer). Karbon yang sudah keluar tidak mengalami siklus (masuk kedalam bumi lagi) karena pembentukan minyak bumi berlangsung selama jutaan tahun. Karena tidak adanya siklus ini maka lama-kelamaan jumlah karbon, dalam bentuk karbon dioksida, di atmosfer akan terakumulasi sehingga kadar karbon dioksida di atmosfer meningkat.


Pencegahan akumulasi karbon dioksida di atmosfer dapat dilakukan dengan mengganti bahan bakar fosil menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan atau bahan bakar renewable. Mengapa harus bahan bakar renewable? Bahan bakar renewable mempunyai siklus karbon yang singkat, sehingga tidak akan menyebabkan akumulasi karbon dioksida di atmoster. Selain itu, sumber energi ramah lingkungan seperti energi matahari, angin, pasang surut laut, tenaga air, panas bumi juga merupakan alternatif yang mempunyai potensi sangat besar.


Saat ini, ketergantungan akan bahan bakar fosil sangatlah besar. Bahkan hanya untuk mendapatkan energi ini, ribuan bahkan mungkin jutaan nyawa dikorbankan. Perang banyak yang dimulai dari perebutan ladang-ladang minyak. Ribuan ton bom dijatuhkan hanya untuk menguasai ladang minyak. Sedemikian besar ketergantungan akan minyak sehingga untuk menggantinya dengan bahan bakar lain bukanlah merupakan hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Beberapa bahan bakar alternatif telah bisa digunakan sebagai komplementer ataupun substitusi untuk minyak bumi. Bioethanol digunakan untuk campuran gasolin, biodiesel digunakan untuk campuran solar, bio-oil untuk kerosin, biogas untuk gas alam, dll.


Makin tingginya kesadaran akan lingkungan mendorong manusia untuk berbuat lebih baik untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan yang parah. Bahan bakar ramah lingkungan mulai digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil. Walaupun masih jauh dari ‘menggantikan’ namun setidaknya ada usaha untuk mengurangi kerusakan yang sudah sedemikian parah akibat pemanasan global. Bumi makin tidak terlindungi dari sinar matahari, air laut mulai naik akibat mencairnya salju ‘abadi’ di kutub bumi, kanker kulit mulcul sebagai akibat masuknya sinar ultraviolet matahari sampai di permukaan bumi, cuaca berubah, bumi makin panas. Ini adalah pilihan, apakah menunggu sampai kondisi ‘tak tertolong’ ataukah revolusi energi sekarang..

No comments: