Masterplan pengelolaan energi nasional Indonesia masih mengandalkan sumber bahan bakar “kotor” hingga tahun 2025, salah satunya adalah batubara. Batubara, selain merupakan sumber yang tak dapat diperbarui juga merupakan sumber energi yang menghasilkan banyak limbah. Diolah dengan teknologi apapun yang, batubara yang pada dasarnya adalah karbon pasti akan menghasilkan karbon dioksida, salah satu gas rumah kaca terbesar, pada akhirnya. Teknologi-teknologi yang ada seperti gasifikasi batubara, liquefaksi (pencairan) batubara menjadi BBM hanyalah memaksimalkan proses pembakaran. Hasil akhirnya, tetaplah berupa CO2.
Indonesia secara posisi sudah sangat strategis, berada di jalur katulistiwa memastikan bahwa Indonesia merupakan Negara dengan intensitas matahari yang tinggi. Hampir sepanjang tahun, sinar matahari dapat dinikmati. Anugrah ini sebenarnya bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi yang tidak pernah habis, tapi justru tidak dikembangkan.
Total energi matahari yang diterima bumi adalah 3.850.000 EJ (Exa Joule = 10 e 18 Joule) per tahun. Sedangkan total energi primer yang digunakan oleh manusia hanya 487 EJ (sekitar 1 per 10000 dari total energi matahari yang diterima bumi). Ini berarti, seluruh energi yang dibutuhkan manusia dapat dicukupi oleh energi matahari dengan mengkonversinya menjadi tenaga listrik.Saat ini hanya sedikit sekali pembangkit listrik tenaga matahari yang telah beropeasi.
Salah satu kesulitan yang ada adalah masih cukup rendahnya effisiensi dan perlunya penyimpan energi dalah jumlah besar karena listrik tenaga matahari hanya bisa diproduksi pada siang hari, sementara sebagian besar penggunaannya dimalam hari. Selain itu perlu dipikirkan jika sedang musim penghujan atau musim dingin. namun melihat potensinya yang sangat besar, untuk menjaga atmosfer bumi tetap bersih, dan menghindari kerusakan alam yang lebih besar maka pengembangan energi matahari ini sebagai sumber energi utama sangat layak untuk dilakukan, jangan sampai menunggu matahari kehilangan sinarnya baru kita berfikir untuk menggunakan energinya.
Indonesia secara posisi sudah sangat strategis, berada di jalur katulistiwa memastikan bahwa Indonesia merupakan Negara dengan intensitas matahari yang tinggi. Hampir sepanjang tahun, sinar matahari dapat dinikmati. Anugrah ini sebenarnya bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi yang tidak pernah habis, tapi justru tidak dikembangkan.
Total energi matahari yang diterima bumi adalah 3.850.000 EJ (Exa Joule = 10 e 18 Joule) per tahun. Sedangkan total energi primer yang digunakan oleh manusia hanya 487 EJ (sekitar 1 per 10000 dari total energi matahari yang diterima bumi). Ini berarti, seluruh energi yang dibutuhkan manusia dapat dicukupi oleh energi matahari dengan mengkonversinya menjadi tenaga listrik.Saat ini hanya sedikit sekali pembangkit listrik tenaga matahari yang telah beropeasi.
Salah satu kesulitan yang ada adalah masih cukup rendahnya effisiensi dan perlunya penyimpan energi dalah jumlah besar karena listrik tenaga matahari hanya bisa diproduksi pada siang hari, sementara sebagian besar penggunaannya dimalam hari. Selain itu perlu dipikirkan jika sedang musim penghujan atau musim dingin. namun melihat potensinya yang sangat besar, untuk menjaga atmosfer bumi tetap bersih, dan menghindari kerusakan alam yang lebih besar maka pengembangan energi matahari ini sebagai sumber energi utama sangat layak untuk dilakukan, jangan sampai menunggu matahari kehilangan sinarnya baru kita berfikir untuk menggunakan energinya.